Disusun
Oleh :Ichlasul Ilfani
Kelas
: X MIA 2
GuruPembimbing
: Dra.Arnita
Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Lhokseumawe
Tahun
Ajaran
2014/2015
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur kepada Allah
SWT yang telah melimpahkan Rahmad dan Nikmat-Nya Kepada saya sehingga dapat
menyelesaikan penulis tugas makalah yang berjudul “ MEMBIASAKAN AKHLAK MULIA
DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI” .Tugas ini kami susun sebagai bentuk implementasi
terhadap apa yang telah saya dapat selama mendapatkan materi ini.
Saya
menyadari bahwa tugas ini masih ada kekuarangan, baik dalam Penulisan, tata
bahasa maupun isinya, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran.Semoga tugas
ini bermanfaat bagi Siswa/I SMA N 1 LHOKSEUMAWE Khususnya bagi Pembaca pada
umunya.
Aceh utara, 23 Februari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................. 1
KATA
PENGANTAR..........................................................................................................
2
DAFTAR
ISI......................................................................................................................... 3
BAB
IPENDAHULUAN....................................................................................................... 4
A.
Latar Belakang.......................................................................................................... 4
B.
Rumusan Masalah.................................................................................................... 4
C.
Tujuan...................................................................................................................... 4
BAB
II PEMBAHASAN...................................................................................................... 5
A.
Akhlak-akhlak terpuji dalam kehidupan
sehari-hari................................................ 5
a)
Sabar.................................................................................................................. 5
b)
Wara’.................................................................................................................. 9
c)
Qana’ah............................................................................................................ 10
d)
Toleransi........................................................................................................... 11
e)
Tawadhu........................................................................................................... 12
f)
Rajin................................................................................................................. 13
g)
Hemat............................................................................................................... 13
h)
Dermawan........................................................................................................ 14
i)
Jujur................................................................................................................. 14
B.
Akhlak-akhlak Terpuji menurut syaikh
Abdurrahman Sidiq al Banjari................... 16
a)
Tafakur dan Taubah......................................................................................... 16
b)
Al – Zauh........................................................................................................
16
c)
Tawakal...........................................................................................................
17
d)
Sabar................................................................................................................ 17
e)
Ikhlas dan Menjauhi Riya................................................................................
17
f)
Tawadhu dan Menjauhi Takabur...................................................................... 17
g)
Syukur dan Ridha............................................................................................. 18
h)
Shidiq............................................................................................................... 18
i)
Mahabbah......................................................................................................... 18
j)
Zikir al –maut................................................................................................... 18
C.
Akhlak kepada Pencipta......................................................................................... 18
D.
Mengimplementasi Iman Kepada Malaikat ............................................................ 19
BAB
III PENUTUP............................................................................................................ 21
A. Kesimpulan...................................................................................................
21
B. Saran.............................................................................................................
21
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Akhlak
ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya Timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah, dan tidak memerlukan pertimbangan akal
pikiran lebih dahulu. Akhlak terpuji umuya disama artikan dengan akhlakul
karimah. Dimana setiap kesempatan dan situsional orang berbicara tentang akhlak
terpeju. Memang ini menarik untuk dibicarakan, akan tetapi sulit untuk
dipraktekan. Banyak hal yang dapat di lakukan untuk mewujudkan akhlak atau
perilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari. Selain akhlak terpuji yang perlu
kita tanamkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain akhlak terpuji yang perlu
kita tanamkan dalan diri kita adalah akhlak kepada pencipta, dimana itu
berhubungan langsung dengan ketaatan dan ketaqwaan kepada Pencipta yaitu Allah
SWT.
Karena
semakin majunya zaman banyak generasi muda yang jauh dari ilmu agama, dan
sering menyimpang dari akhlak terpuji, perihak, negara kita perlu adanya
generasi muda yang beradaban tinggi dan berakhlak terpuji agar menjadi negara
yang maju, makmur, dan berbudi pekerti luhur, selain itu ternyata menerapkan
perilaku terpuji juga baik untuk kesehatan, baik kesehatan jasmani maupun
rohani, oleh sebab itu, saya mengangkat tema akhlak terpuji dan akhlak kepada
Pencipta dalam kehidupan sehari-hari.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa sajakah yang termasuk akhlak-akhlak
terpuji dalam kehidupan sehari-hari?
2.
Apa sajakah akhlak-akhlak terpuji menurut
syeikh Abdurrahman siddiq al bajari ?
3.
Apakah pengertian akhlak kepada pencipta ?
4.
Bagaimana cara Mengimplementasi Iman Kepada Malaikat
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui dan memahami akhlak-akhlak
terpuji dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Untuk mengetahui dan memahami akhlak-akhlak
terpuji menurut pendapat Syeih Abdurrahman Shiddiq al banjari
3.
Untuk mengetahui dan memahami pengertian
akhlak kepada pencipta.
4.
Untuk mengetahui cara mengimplementasi Iman Kepada Malaikat
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Akhlak- Akhlak Terpuji dalam kehidupan sehari-
hari
a)
Sabar
Pengertian Sabar
Sabar
artinya tahan uji dan siap menanggung segala derita didalam menjalankan dimul
islam. Seseorang juga dapat dikatakan sabar kecuali sesudah diuji dengan berbagai
macam ujian. Sabar juga dapat diartikan. Tabah dan sanggup, menderita dalam
menghadapi cobaan atau sesuatu yang disenangi dengan sikap rida, dan
menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah s.w.t. orang yang tabah tidak pernah
mengeluh dan tanpa ada rasa putus asa, baik dalam keadaan senang maupun dalam
keadaan susah.
Nabi
Muhammad saw dalam menyiarkan agama islam selalu mengalami cobaan dan rintangan
yang banyak sekali,. Beliau dicaci maki, bahkan mendapat perlakuan kasar dengan
dilempari batu dan kotoran binatang ketika sedang mengerjakan sholat. Namun
demikian beliau tetap sabar dan dengan lapang dada serta hati yang bersih tetap
menjalankan tugasnya mengajak umat untuk masuk agama islam
Adakalanya
orang tidak sabar ketika diuji dengan kekayaan, dia merasa seluruh kekeyaan itu
berasal dari hasil kerja kerasnya siang malam tanpa kenal lelah. Dia melupakan
Allah sebagai pemberi Rezeki, dia menjadi sombong dan takabur dengan
kekayaanya.
Sebagai
firman Allah dalam surat AL- Fajr Ayat 15 :
فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ
وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ
Artinya :Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu
dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata:
"Tuhanku telah memuliakanku".
(QS: Al-Fajr Ayat: 15)
(QS: Al-Fajr Ayat: 15)
Adapula manusia yang ketika diuji dengan kemiskinan dia tidak
sabar.Dia merasa dihinakan oleh Allah.Dia berputus asa dari rahmad Allah,
sembari melontarkan kata-kata makian kepada-nya.Sebagai firman Allah dalam
surat AL- Fajr ayat 16 :
وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ
رَبِّي أَهَانَنِ
Artinya
: Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata:
"Tuhanku menghinakanku".
(QS: Al-Fajr Ayat: 16)
(QS: Al-Fajr Ayat: 16)
Baik
orang yang gagal ketika diuji dengan kekayaan maupun orang yang gagal tatkala
diuji dengan kemiskinan tidak termauk golongan orang-orang yang sabar. Orang
yang sabar adalah orang yang tetap menjalankan perintah Allah dan menjahui
laranganya diwaktu kaya maupun diwaktu miskin, diwaktu senang maupundiwaktu
susah, diwaktu longgar maupun diwaktu sempit. Mereka inilah yang disebut
sebagai orang-orang yang bertaqwa dan akan mendapatkan ampunan dan surga dari
Allah.
Macam-
macam sabar :
i.
Sabar dalam menjauhi maksiat
Seorang
muslim harus bersabar untuk menjauhi maksiat. Walaupun keindahan maksiat
menggodanya namun dia haruslah tabah dan teguh meninggalkanya.
Rasullulah
saw bersabda sebagai berikut :
“
Surga dikelilingi kebencian-kebencian hawa nafsu, sedangkan neraka dikellingi
oleh kesenagan-kesenangan hawa nafsu ” (HR. Muslim )
ii.
Sabar dalam menjalani ketaatan
Sabar
disini merupakan sikap menahan diri dari berbagai kesulitan dan rasa berat
dalam melaksanakan ketaatan.Kesabaran dalam hal ini maknanya adalah senantiasa
mentaati Allah dalam keadaan bagaimanapun juga, sabar dalam taat ini juga
mencakup kesabaran didalam beribadah, berzikir, beramal sholeh dan lainya.
iii.
Sabar dalam menghadapi musibah
Seorang
muslim adalah orang yang bersabar manakala ditimpa musibah, Rasullullah saw.
Menegaskan bahwa sabar harus di lakukan pada saat-saat permulaan datangnya
musibah. Apabila di kali pertama itu dia mengeluh, meratap atau menghujat orang
lain, maka dia dianggap tidak bersabar.
Sabar
dapat diwujudkan dalam :
·
Sabar dalam menuntut Ilmu
Syaikh
Nu’man mengatakan, ” Betapa banyak gangguan yang harus dihadapi oleh seseorang
yang berusaha menuntut ilmu. Maka dia harus bersabar untuk menahan rasa lapar,
kekuarangan harta, jauh dari keluarga dan tanah airnya. Sehingga dia harus
bersabar dalam upaya menimba ilmu dengan cara menghidari pengajian-pengajian,
mencatat dan memperhatikan penjelasan serta mengulang-ulang pelajaran dan lain
sebagainya.
Semoga
Allah merahmati Yahya bin Abi Katsir yang pernah mengatakan, ” Ilmu itu tidak
akan didapatkan dengan banyak mengistirahatkan badan .”, sebagaimana tercantum
dalam shahih Imam muslim. Terkadang seseorang harus menerima gangguan dari
orang-orang yang terdekat darinya, apalagi orang lain yang hubunganya jauh
darinya, hanya karena kegiatanya menuntut ilmu. Tidak ada yang bisa bertahan
kecuali orang-orang yang mendapatkan anugrah kegiatan dari allah. ” ( Taisirul
wushul, hal.12-13 )
·
Sabar dalam Mengamalkan Ilmu
Syaikh
Nu’man mengatakan, ” Dan orang yang ingin beramal dengan ilmunya juga harus
bersabar menghadapi gangguan yang ada di hadapanya. Apabila dia melaksanakanya
ibadah kepada Allah menuruti syari’at yang diajarkan Rasulullah niscaya akan
ada ahlul bida” wal ahwaa” yang menghalagi di hadapanya, demikian pula
orang-orang bodoh yang tidak kenal agama kecuali ajaran warisan nenek moyang
mereka.
Sehingga
gangguan berupa ucapan harus diterimanya, dan kadang berbentuk gangguan fisik,
bahkan terkadang dengan kedu-duanya. Dan kita sekarang ini berada di zaman di
mana orang yang berpegang teguh dengan agamanya seperti orang yang sedang
menggenggam bara api, maka cukuplah Allah sebagai penolong bagi kita, Dialah
sebaik-baik penolong ” ( Taisiril wushul, hal.13 )
· Sabar
dalam Berdakwah.
Syaikh
Nu’man mengatakan, ” Begitu pula orang yang berdakwah mengajak kepada agama
Allah harus bersabar menghadapi gangguan yang timbul karena sebab
dakwahnya,karena disaat itu dia tengah menempati posisi sebagaimana para Rosul.
Waraqah bin Naufal mengatakan kepada Nabi kita shallallahu ”alaihi wa sallam, ”
Tidaklah ada seorangpun yang datang dengan membawa ajaran sebagaimana yang kamu
bawa melainkan pasti akan disakiti orang .”
Sehingga
jika dia mengajak kepada tauhid didapatinya para da’i pengajak kesyirikan tegak
di hadapanya, begitu pula para pengikut dan orang-orang yang menyenangkan perut
mereka dengan cara itu. Sedangkan apabila dia mengajak kepada ajaran As sunnah
maka akan ditemuinya para pembela bi’ah dan hawa nafsu. Begitu pula jika dia
memerangi kemaksiatan dan berbagai kemungkaran niscaya akan diteminya para
pemuja syahwat, kefasikan dan dosa besar serta orang-orang yang turut bergabung
dengan kelompok mereka.
Mereka
semua akan berusa mnghalang-halangi dakwahnya karena dia telah menghalagi
mereka dari kesyirikan, bid’ah dan kemaksiatan yang selama ini mereka tekuni.”
(Taisirul wushul, hal.13-14 )s
· Sabar
dalam kemenangan
Syaikh
Muhammad bin Shalih Al 'Utsaimin rahimahullah berkata, "Allah ta'ala berfirman kepada Nabi-Nya, "Dan sungguh telah didustakan para
Rasul sebelummu, maka mereka pun bersabar menghadapi
pendustaan terhadap mereka dan mereka juga disakiti sampai tibalah pertolongan
Kami." (QS. Al An'aam [6]: 34).
Semakin
besar gangguan yang diterima niscaya semakin dekat pula datangnya kemenangan.Dan bukanlah pertolongan/kemenangan
itu terbatas hanya pada saat seseorang (da'i) masih hidup saja sehingga dia
bisa menyaksikan buah dakwahnya terwujud. Akan tetapi yang dimaksud pertolongan itu terkadang
muncul di saat sesudahkematiannya. Yaitu
ketika Allah menundukkan hati-hati umat manusia sehingga menerima dakwahnya
serta berpegang teguh dengannya. Sesungguhnya hal itu termasuk pertolongan yang didapatkan oleh da'i mi meskipun dia sudah mati.
Maka wajib bagi para da'i untuk bersabar dalam
melancarkan dakwahnya dan tetap konsisten dalam menjalankannya. Hendaknya dia
bersabar dalam menjalani agama Allah yang sedang
didakwahkannya dan juga hendaknya dia bersabar dalam menghadapi rintangan dan gangguan yang menghalangi dakwahnya.
Lihatlah para Rasul shalawatullaahi wa
salaamuhu 'alaihim. Mereka juga disakiti dengan ucapan dan perbuatan sekaligus.
Allah ta'ala berfirman yang artinya, "Demikianlah,
tidaklah ada seorang Rasul pun yang datang sebelum mereka melainkan mereka (kaumnya)
mengatakan, 'Dia adalah tukang sihir atau orang
gila'." (QS. Adz Dzariyaat [51]: 52). Begitu juga Allah 'azza wa jalla berfirman, "Dan demikianlah Kami menjadikan bagi
setiap Nabi ada musuh yang berasal dari kalangan orang-orang pendosa."
(QS. Al Furqaan [25]: 31). Namun, hendaknya para da'i
tabah dan bersabar dalam menghadapi itu semua..." (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal- 24)
·
Sabar di atas Islam
Ingatlah
bagaimana kisah Bilal bin Rabah radhiyallahu 4anhu yang tetap berpegang teguh dengan Islam meskipun harus merasakan siksaan
ditindih batu besar oleh majikannya di atas
padang pasir yang panas (Lihat Tegar di Jalan Kebenaran, hal. 122). Ingatlah bagaimana siksaan tidak berperikemanusiaan yang dialami oleh Ammar
bin Yasir dan keluarganya.
Ibunya Sumayyah disiksa dengan cara yang sangat keji sehingga mati sebagai muslimah pertama yang syahid di jalan Allah.
(Lihat Tegar di Jalan Kebenaran, hal. 122-123)
Lihatlah keteguhan Sa'ad
bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu yang dipaksa oleh ibunya untuk meninggalkan
Islam sampai-sampai ibunya bersumpah mogok makan dan minum bahkan tidak mau mengajaknya bicara sampai mati. Namun
dengan tegas Sa'ad bin Abi Waqqash mengatakan, "Wahai lbu, demi Allah,
andaikata ibu memiliki seratus nyawa kemudian satu persatu keluar, sedetikpun
ananda tidak akan meninggalkan agama ini..." (Lihat Tegar di Jalan Kebenaran, hal. 133)
Inilah akidah, inilah kekuatan iman, yang sanggup bertahan dan
kokoh menjulang walaupun diterpa oleh berbagai badai dan topan kehidupan.
Saudaraku,
ketahuilah sesungguhnya cobaan yang menimpa kita pada hari ini, baik yang
berupa kehilangan harta, kehilangan jiwa dari saudara yang tercinta, kehilangan
tempat tinggal atau kekurangan
bahan makanan, itu semua jauh lebih ringan daripada cobaan yang dialami oleh
salafush shalih dan para ulama pembela dakwah tauhid di masa silam.
Mereka
disakiti, diperangi, didustakan, dituduh yang bukan-bukan, bahkan ada juga yang
dikucilkan. Ada yang tertimpa kemiskinan harta, bahkan ada juga yang sampai
meninggal di dalam penjara, namun sama sekali itu semua tidaklah menggoyahkan
pilar keimanan mereka.
Ingatlah
firman Allah ta'ala yang artinya, "Dan janganlah sekali-kali kamu mati
melainkan dalam keadaan sebagai seorang muslim." (QS. Ali
'Imran [3] : 102).
Ingatlah juga janji Allah yang artinya, "Barang
siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya akan
Allah berikan jalan keluar dan Allah akan berikan rezeki kepadanya dari jalan
yang tidak disangka-sangka." (QS. Ath Thalaq [65] :23).
Disebutkan
dalam sebuah riwayat bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Ketahuilah, sesungguhnya datangnya kemenangan itu
bersama dengan kesabaran. Bersama kesempitan pasti
akan ada jalan keluar. Bersama kesusahan pasti akan adakemudahan."
(HR. Abdu bin Humaid di dalam Musnadnya [636] (Lihat Durrah Salafiyah, hai. 148) dan Al Haakim dalam Mustadrak 'ala Shahihain,
III/624). (Syarh Arba'in Ibnu 'Utsaimin, hal. 200)
·
Sabar Menjauhi Maksiat
Syaikh
Zaid bin Muhammad bin Hadi Al Madkhali mengatakan, "Bersabar menahan diri dari kemaksiatan kepada Allah, sehingga dia
berusaha menjauhi kemaksiatan, karena bahaya
dunia, alam kubur dan akhirat siap menimpanya apabila dia melakukannya. Dan tidaklah umat-umat terdahulu binasa kecuali karena disebabkan
kemaksiatan mereka, sebagaimana hal itu dikabarkan oleh Allah "azza wa
jalla di dalam muhkam al-Qur'an.
Di
antara mereka ada yang ditenggelamkan oleh Allah ke dalam lautan, ada pula yang binasa karena disambar petir, ada pula yang dimusnahkan dengan
suara yang mengguntur, dan ada juga di antara mereka yang dibenamkan oleh Allah
ke dalam perut bumi, dan ada juga
di antara mereka yang di rubah bentuk fisiknya (dikutuk)."
Pentahqiq
kitab tersebut memberikan catatan, "Syaikh memberikan isyarat terhadap
sebuah ayat,
"Maka masing-masing (mereka itu) kami siksa disebabkan dosanya, Maka di
antara mereka
ada yang kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur,
dan di antara mereka ada yang kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang kami tenggelamkan,
dan Allah sekali-kali tidak
hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka
sendiri." (QS. Al 'Ankabuut [29] : 40).
"Bukankah itu semua terjadi hanya karena satu sebab
saja yaitu maksiat kepada Allah tabaaraka wa ta'ala. Karena hak Allah adalah
untuk ditaati tidak boleh didurhakai, maka kemaksiatan kepada Allah merupakan kejahatan yang sangat mungkar
yang akan menimbulkan kemurkaan, kemarahan serta mengakibatkan turunnya
siksa-Nya yang sangat pedih. Jadi, salah satu macam
kesabaran adalah bersabar untuk menahan diri dari perbuatan maksiat kepada
Allah. Janganlah mendekatinya.
Dan apabila seseorang sudah terlanjur terjatuh di
dalamnya hendaklah dia segera bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya, meminta
ampunan dan menyesalinya di hadapan Allah. Dan hendaknya dia mengikuti
kejelekan-kejelekannya dengan berbuatkebaikan-kebaikan.
Sebagaimana difirmankan Allah 'azza wa jalla, "Sesungguhnya kebaikan-kebaikan
akan menghapuskan kejelekan-kejelekan." (QS. Huud [11] : 114). Dan juga sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam, "Dan ikutilah kejelekan dengan
kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapuskannya." (HR. Ahmad, dll, dihasankan Al Albani dalam Misykatul Mashaabih
5043)..." (Thariqul wushul, hal. 15-17)
·
Sabar Menerima Takdir
Syaikh
Zaid bin Muhammad bin Hadi Al Madkhali mengatakan, "Macam ketiga dari macam-macam kesabaran adaiah Bersabar dalam menghadapi takdir dan
keputusan Allah serta hukum-Nya yang terjadi pada hamba-hamba-Nya. Karena tidak ada satu gerakan pun di alam raya ini, begitu pula tidak ada suatu kejadian
atau urusan melainkan Allah lah yang mentakdirkannya.
Maka bersabar itu harus. Bersabar menghadapi berbagai musibah yang menimpa diri, baik yang terkait dengan nyawa, anak, harta
dan lain sebagainya yang merupakan takdir yang berjalan menurut
ketentuan Allah di alam semesta..." (Thariqulwushul,hal. 15-17)
b)
Wara’
Pengertian Wara’
Wara’adalah
meninggalkan sesuatu yang meragukan atau meninggalkan segala subhat.
Wara’adalah permulaan zuhud, seperti halnya merasa cukup dengan pemberian allah
adalah permulaan rida. Wara’adalah patuh, taat kepada alloh, serta menjauhkan
diri dari dosa maksiat dan subhat. Orang yang bersikap wara’adalah seseorang
yang tidak mau memakan makanan yang belum diketahui secarapasti cara pembuatan
dan bahan bakunya, padahal makanan itu disajikan kepadanya pada saat dia lapar
dan tidak sedang berpuasa.
Orang
yang bersikap wara’adalah seorang yang meninggalkan apa saja yang tidak
bermanfaat bagi dirinya, walaupun menyenangkan secara jasmani dan sesuai dengan
kehendak nafsunya. Nabi saw telah bersabda yang artinya sebagai berikut : ”
Termasuk kebaikan islam seseorang dalam sikapnya yang meninggalkan apa yang
tidak berguna baginya ”.
Ciri-ciri seorang wira’i
Dalam
kitab minhajul ibad, Imam ghazali mengatakan bahwa wara’ itu pokok dari ibadah
dan pokok dari wara’adalah teliti dalam segala hal.orang yang berhati-hati
dalam melakukan hukum, menghindari barang subhat, takut mendekati haram dapat
disebut wira’i. Adapun ciri-ciri seseorang wira’i antara lain adalah sebagai
berikut :
§ Tidak
mudah berburuk sangka
§ Memelihara
lisan tidak sampai menggunjing
§ Tidak
meremehkan orang lain
§ Memelihara
dari sesuatu yang mendekati haram
§ Berbicara
dengan benar
§ Mengingat
nikmat allah supaya tidak sombong
§ Menggunakan
harta dalam kebenaran
§ Dalam
kedudukan tidak ambisi
§ Menjaga
waktu shalat
§ Tetap
teguh menjaga sunnah rasul
c)
Qana’ah
Pengertian Qana’ah
Qana’ah
secara bahasa berarti cukup. Secara istilah Qana’ah artinya rela menerima segala
ketetapan Allah swt dan merasa cukup dengan apa yang telah di perolehnya. Sifat
Qana’ah merupakan salah satu sifat apa yang telah diperolehnya. Sifat Qana’ah
merupakan salah satu sifat yang terpuji. Seseorang yang bersifat Qana’ah selalu
ikhlas menerima hasil usahanya karena yakin bahwa apa yang diperolehnya
merupakan kehendak Allah semata. Ia senantiasa dan bersyukur sekalipun hasil
usahanya kurang memuaskan.
Orang
yang memiliki sifat Qana’ah akan selalu merasa tentram dan merasa cukup dengan
apa yang dimilikinya. Dia meyakini bahwa pada hakikatnya kekayaan atau
kemiskinan tidak diukkur dengan banyak atau sedikitnya harta, akan tetapi
terletak pada klepangan hatinya dalam menerima dan mensyukuri segala anugrah
yang di berikan oleh Rasulullah saw. Bersabda yang artinya sebagai berikut, “
kekayaan itu bukanlah diasarkan atas banyaknya harta benda, akan tetapi Qana’ah
meliputi lima perkara, yaitu sebagai berikut :
§ Menerima
dengan rela apa yang ada
§ Memohon
kepada Allah tambahan rizki yang layak dan diiringi dengan ihtiar
§ Menerima
dengan sabar semua ketentuan Allah
§ Bertawakal
kepada Allah swt
§ Tidak
tertarik dengan semua tipu muslihat duniawi
Fungsi Qana’ah
Sifat
Qana’ah memiliki peranan yang sangat penting bagi pembentukan kepribadian
seseorang, dan diantaranya sebagai berikut :
·
Stabilisator, yaitu sebagai pengendali dari
sifat serakah, tamak, dan rakus. Sifat-sifat itu akan mendorong seorang
menghalalkan segala cara demi pemenuhan hasrat duniawi, misalnya korupsi, dan
merampok. Orang-orang yang bersifat Qana’ah akan terlepas dari sifat-sifat
tersebut.sebaliknya akan merasa kaya, berkecukupan, tenang, tentram, lapang
dada, dan sabar.
·
Dinamisator, yaitu kebutuhan batin yang
mendorong seseorang untuk memperoleh kemajuan-kemajuan hidupnya, baik untuk
kepentingan dunia maupun akhirat.
·
Reflektor, yaitu pencerminan akan kedekatan
diri kepada Allah swt dengan perasaan takut dan penuh harap, perasaan cinta
yang mendalam kepada Allah dan Rasulnya. Cintanya kepada Allah dan Rasul-nya
melebihi cintanya kepada orang lain.
d)
Toleransi
Pengertian Toleransi
Toleransi
adalah sikap membiarkan pendirian orang lain yang berbeda akan bertentangan
dengan pendirian diri sendiri. Dalam hal ini, toleransi diartikan memberi kesempatan
orang lain untuk melaksanakan ajaran agamanya tanpa paksaan sedikitpun.
Di
dalam menjalin hubungan baik antar pemeluk agama, kta dilarang memaksakan orang
lain untuk memasuki agama islam. Sebagai mana firman-nya dalam surat Al-
Kafirun :
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Artinya : “Untukmu
agamamu, dan untukkulah, agamaku".
(QS: Al-Kaafiruun Ayat: 6)
(QS: Al-Kaafiruun Ayat: 6)
Fungsi Toleransi
Toleransi
antar umat islam maupun antar umat beragama dapat berfungsi sebagai berikut :
1.
Toleransi antar umat islam akan memperkuat
ukhuwah islamiyah sehingga hubungan persaudaraan semakin erat, bagaikan sebuah
bangunan yang saling menguatkan satu sama lain.
2.
Toleransi antar umat islam memudahkan kita
dalam memecahkan persoalan umat islam sehingga mengurangi beban mental yang di
hadapi umat islam
3.
Toleransi antar umat beragama memudahkan kita
dalam menghadapi persoalan umat secara luas sehingga mengurangi beban mental
yang dihadapi masyarakat pada umumnya.
4.
Toleransi antar umat beragama dapat
menghindari tindak kejahatan yang disebabkan fanatisme berlebihan dalam
beragama.
5.
Toleransi antar umat beragama menumbuhkan
sikap dan perilaku yang saling menghormatia antar pemeluk agama sehingga dapat
mewujudkan suasana harmonis, hidup rukun, aman dan tentram.
e)
Tawadhu
Tawadhu adalah
ketundukan kepada kebenaran dan menerinya dari siapapun datangnya baik ketika
suka atau dalam keadaan marah.Artinya janganlah kamu memandang dirimu berada
diatas semua orang, atau engkau menganggap semua orang membutuhkan dirimu.
Lawan dari sifat tawadhu
adalah takabbur (sombong), sifat yang sangat dibenci Allah dan Rasul-nya.
Rasulullah mendefinisikan sombong dengan sabdanya : “ Kesombongan adalah
menolak kebenaran dan menganggap remeh orang lain.” (sahuh HR. muslim no-91
dari hadist Abdullah bin mas’udz )
Orang rendah hati akan
mendapatkan kemuliaan dari Allah swt dan juga dari manusia disekitarnya.
Sebaliknya orang yang takabur, sombong akan dibenci dan dijauhi serta
dikucilkan oleh orang-orang disekitarnya. Bahkan orang sombong tidak akan masuk
surga, sebagaimana sabda Rasulullah saw :
“ Tidak akan masuk surge
orang yang terdapat dalam hatinya sifat takabur (sombong ) walau hanya seberat
atom yang sangat halus sekalipun.” ( HR. Muslim )
Tawadhu' di Hadapan Kebenaran
Menerima dan tunduk di
hadapan kebenaran sebagai perwujudan tawadhu' adalah sifat terpuji yang akan mengangkat
derajat seseorang bahkan mengangkat derajat suatu kaum dan akan menyelamatkan
mereka di dunia dan akhirat. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا
فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۚ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
Artinya :Negeri
akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri
dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi
orang-orang yang bertakwa.
(QS: Al-Qashash Ayat: 83)
(QS: Al-Qashash Ayat: 83)
Rasulullah
shallallu ‘alaihi wassalam bersabda :
"Tidak
akan berkurang harta yang dishadaqahkan dan Allah tidak akan menambah bagi
seorang hamba yang pemaaf melainkan kemuliaan dan tidaklah seseorang
merendahkan diri karena Allah melainkan
akan Allah angkat derajatnya. " (Shahih, HR. Muslim no. 556 dari shahabat
Abu Hurairahz)
Dalam
pembahasan masalah akhlak, kita selalu terkait dan bersandar kepada firman
Allah subhanahu wa ta'ala:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ
يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya :Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.
(QS: Al-Ahzab Ayat: 21)
(QS: Al-Ahzab Ayat: 21)
Macam-macam Tawadhu
Telah
dibahas oleh para Ulama sifat tawadhu ibi dalam karya-karya mereka baik dalam
bentuk penggabungan dengan pembahasan yang lain atau ,menyendirikan
pembahasanya. Diantara mereka ada yang
membagi Tawadhu menjadi dua :
1.
Tawadhu yang terpuji yaitu ke-tawadhu-an seseorang kepada Allah
dan tidak mengangkat diri dihadapan hamba-hamba Allah.
2.
Tawadhu yang dibenci yaitu tawadhu-nya sseorang kepada pemilik
dunia karena menginginkan dunia yang ada disinya. ( Bahjatun Nazrin,1 / 657 ).
f)
Rajin
Rajin adalah suka giat
bekerja (belajar dan sebagainya ). Hanya orang-orang yang rajinlah yang dapat
memperoleh bekal. Janganlah
menunda-nunda kesempatan yang ada kerjakan, apa yang dapat kita kerjakan hari
ini dan janganlah menunggu hari esok.
Setiap orang ingin agar
hidupnya sukses dan bahagia. Seorang karyawan (pegawai) misalnya ingin karirnya
naik (dapat menduduki ) suatu jabatan penting (tinggi) dikantornya. Pedagang
inigin daganganya laku dan mendapatkan keuntungan yang besar.Demikian pula
seorang pelajar (Mahasiswa ingin jadi anak (siswa) yang pandai dan berprestasi.
Keinginan itu tentu saja tidak akan dating dengan sendirinya, tetapi harus ada
usaha maksimum menuju kearah cita-cita. Salah
satu usaha itu yaitu kita miliki, Rajin dapat diartikan pandai, hemat pangkal
kaya. Artinya kalau kita ingin menjadi orang pandai kita harus rajin belajar
(menuntut ilmu ) dan jangan lupa berdoa ). Karena pada hakikatnya keberhasilan
seseorang itu adalah karena adanya perkenalan Allah swt, dan untuk mendapatkan
perkenaan-nya kita harus berdoa
“
Ya allah, ajarilah akau akan segala hal yang bermanfaat semua pengetahuan yang
telah aku pelajari, sungguh engkau dzat yang maha mengetahui dan maha
bijaksana.”
g)
Hemat
Hemat artinya
menggunakan uang atau barang atau harta sesuai dengan kebutuhan dan pendapata,
juga menggunakan waktu sebaik mungkin sehingga tidak ada waktu yang disia-siakan. Kebalikan dari hemat adalah boros
(menghambur-hamburkan uang tanpa perhitungan ). Orang yang hemat tidak mau
menghamburkan harta dan uang untuk keperluan yang tidak penting. Sedangkan
orang boros teman syaitan, sesuai firman Allah swt :
إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ ۖ وَكَانَ الشَّيْطَانُ
لِرَبِّهِ كَفُورًا
Artinya :Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah
sangat ingkar kepada Tuhannya.
(QS: Al-Israa' Ayat: 27)
(QS: Al-Israa' Ayat: 27)
Hidup tidak ditentukan
oleh banyak sedikitnya harta (penghasilan ), tetapi ditentukan oleh bagaimana
cara memanfaatkan dan membelajakanya. Agar kita selalu hemat, maka hendaknya
selalu diusahakan langkah-langkah sebagai berikut :
·
Memperhitungkan penggunaan uang dengan secermat-cermatanya
·
Memperhitungkan antara pengeluaran uang dengan secermat-cermatnya
·
Memperhitungkan antara pengeluaran dan pendapatan
·
Mendahulukan kebutuhan lebih pokok
·
Suka menabung untuk hari depan
Peranan Hemat dalam kehidupan
Berlaku hemat mempunyai peranan dalam
kehidupan seorang. Berhemat merupakan salah satu ciri hidup sederhana dan
berencana. Hemat dan sederhana adalah dua sifat yang tidak dapat dipisahkan,
karena hemat itu artinya sederhana dalam membelanjakan harta.
Pengertian hemat berbeda
dengan pelit.Hemat berarti membelanjakan harta seperlunya, dapat menyisihkan
sebagian dari penghasilanya, dan dapat menyesuaikan antara pengeluaran dan
penghasilan.
h)
Dermawan
Dermawan adalah suka
menolong (shadaqah ) dengan iklas, kepada siapa saja yang memerlukan dengan
tidak mengharapkan balasan kecuali dari Allah swt,
i)
Jujur
Jujur merupakan salah
satu sikap yang terpuji (akhlakul karimah ) yang harus diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari. Allah swt, memerintahkan orang yang beriman untuk selalu
berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu mampu membawa kepada
keselamatan dan kebahagiaan.Kejujuran dapat berbentuk perkataan dan
perbuatan.Jujur dalam berkata artinya tidak berdusta, dan jujur dalam perbuatan
sesuatu dengan sebenarnya.
Dalam sepanjang sejarah,
tidak seorang nabi dan rasul yang diangkat oleh Allah swt, itu tidak memiliki
sifat jujur, sebab salah satu sifat yang harus ada dan dimiliki seorang utusan
Allah, yaitu siddiq yang artinya jujur. Jujur akan membawa seseorang menjadi
terpecaya atau dapat dipercaya oleh orang lain. Nabi Muhammad saw, ketika masih
muda mendapat gelar Al- Amin dari kaum Quraisy tidak lain karena kejujuranya.
Beliau tidak pernah berdusta, bohong, atau tidak jujur
sehingga orang lain selalu mempercayainya. Gelar terpuji yang beliau sandang
tidak dating dari sahabat-sahabatnya saja, bahkan dari orang –orang kafir yang
selalu memusuhi dan mengancam akan membunuhnya. Hal ini karena,Nabi Muhammad
saw, senantiasa berkata benar, berlaku jujur, dan menunjukkan manusia kejalan
yang lurus.
Maka jelas dan pastilah
bahwa kejujuran dan menghantarkan seseorang mencapai kebahagiaan hidup
di akhirat dimasukkan neraka.Dalam kehidupan bermasyarakat, maka sikap
dusta itu akan menjelma menjadi bentuk tindakan kezaliman, kekerasan, dan
kejahatan .
·
Peranan kejujuran dalam kehidupan
Kejujuran
mempunyai peran yang sangat penting dan mendasar dalam menciptakan kehidupan
yang damai, tentram, dan sejahtera, baik pada tataran individu, keluarga,
masyarakat, maupun sampai tataran kehidupan berbangsa dan bernegara sekalipun.
Seseorang akan merasakan kedamaian, ketentraman, dan kesejahteraan dalam
hidupnya apabila para pejabat selalu menunjukkan sikap jujur dalam memimpin,
karena tidak akan timbul rasa saling mencurigai (prasangka buruk) di antara
pengatur dan pemegang pemerintahan. Negara juga akan menjadi makmur apabila
pejabat-pejabatnya berlaku jujur, karena tidak ada yang berani bertindak
menyeleweng, seperti korupsi, manipulasi, kolusi, dan lain sebagainya.
Kejujuran
harus selalu kita kedepankan dan terapkan dalam semua segi kehidupan karena
kejujuran tidak hanya membuat kita bahagia di akhirat kelak, tetapi juga akan
mendatangkan berbagai kemudahan, ketentraman, dan kegagalan hidup didunia
ini.Sebab kejujuran merupakan salah satu kunci dari pembuka pintu rahmat serta
berkah Allah.
j)
Pemaaf
Ajaran Islam tentang maaf-memafkan
Manusia
ingin hidup rukun, aman, damai, dan sejahtera. Terapi seringkali malah terjadi
perselisihan, pertengkaran, dan permusuhan antara satu orang dengan orang lain.
Banyak permasalahan (persoalan ) yang menyebabkan timbulnya rasa permusuhan
itu. Pada umunya timbul karena tidak ada kecocokan (klop) antara kepentingan
satu orang dengan yang lainya.
Islam
mengajarkan pada umat manusia agar saling memafkan kesalahan satu dengan yang
lainya, karena manusia itu sesungguhnya tidak dapat luput dari salah dan dosa.
Apabila kita mempunyai kesalahan kepada seseorang, segera minta maaf agar tidak
berkepanjangan dan tidak menimbulkan rasa dendam dan permusuhan.
Dalam
ajaran Islam, permusuhan merupakan suatu perbuatan yang di larang. Islam
mengajarkan rasa persaudaraan, persahabatan, dan persatuan. Islam yang artinya
selamat, sejahtera, dan damai menginginkan hidup dan kehidupan yang aman,
damai, tentram, dan sejahtera baik lahir maupun batin.
Dalam
prakteknya menyelesaikan perselisihan dengan cara yang baik seperti itu memang
sangat sulit. Orang yang merasa dirugikan biasanya merasa tersinggung dan
terinjak-injak harga dirinya sehingga menjadi mudah marah dan menaruh dendam
sebaliknya orang yang berbuat kerugian terhadap orang lain adakalanya merasa
enggan dan tidak mau mengakui dan menyadari kesalahan yang dikerjakan.
Wahyu
Allah SWT, Surat Al-A’raf ayat 199 :
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
Artinya : “Jadilah
engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf, serta berpalinglah
dari pada orang-orang yang bodoh.”
(QS: Al-A'raf Ayat: 199)
(QS: Al-A'raf Ayat: 199)
Peran Maaf-memaafkan dalam Hubungan Antar Manusia
Setiap orang pasti
mengginginkan hidup damai, aman, tenteram, dan sejahtera untuk mencapai hal itu
seseorang harus berbuat aturan-aturan agar jika terjadi perbedaan dan
perselisihan tidak mudah menimbulkan kekerasan dan tindak kejahatan misalnya
dalam suatu keluarga pasti ada aturan yang wajib ditaati, bagi seluruh anggota
keluarga itu.Begitu pula dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa sangat
diperlukan sekali peraturan-peraturan yang mampu menciptakan kehidupan yang
aman, tentram dan sejahtera.
Adapun contoh yang telah
diajarkan Nabi Muhammad saw, tentang tata cara meminta maf, atas kesalahan yang
kita kerjakan diantaranya sebagai berikut
·
Datang sendiri menemui orang yang kita sakiti
hatinya.
·
Meminta maaf atas kesalahan yang di lakukan
dengan cara sopan
·
Lewat perantara orang lain, baik secara lisan
maupun surat
·
Berjanji untuk tidak mengulangi lagi.
Adapun
hikmah dari memaafkan orang lain dalam
kehidupan bermasyarakat, diantaranya berikut ini :
·
Menghilangkan atau menghapus penyait hati, seperti
rasa dendam, iri, hasud, su’dzan, marah, dengki, fitnah dan lain sebagainya.
·
Mampu menyadarkan bahwa manusia itu tidak
dapat lepas dan melepaskan diri dan salah serta dosa.
·
Suatu pelajaran bagi diri sendiri untuk tidak
mengikuti dan melakukan perbuatan salah dan dosa seperti yang di lakukan oleh
orang lain.
·
Merupakan latihan bagi diri kita untuk
menahan hawa nafsu dari perbuatan salah dan dosa seperti di lakukan oleh orang
lain.
·
Merupakan latihan bagi diri kita untuk
menahan hawa nafsu dari perbuatan yang tidak terpuji seperti suka marah.
B.
AKHLAK-AKHLAK TERPUJI MENURUT SYAIKH
ABDURRAHMAN SHIDDIQ AL-BANJARI
a) Tafakkur
dan Taubah
Tafakkur adalah berpikir
yang mengandung pengakuan dan penyesaJan terhadap kesalahan-kesalahan
serta bertaubat dari segala dosa. Cara
bertafakur menurut dia, adalah dengan
membaca Dua Kalimah Syahadah secara perlahan-lahan dan menghayatimaknanya. Selanjutnya melakukan tiga perkara
dalam tafakku yaitu:
' Ibrah, yaitu mencari-cari kesalahan diri sendiri,
menyesalinya, dan berjanji tidak akan melakukan perbuatan-perbuatan itu lagi. Khawf, yaitu takut akan murka Allah dan siksa-Nya serta
takut tidak diterimaamalnya.
Raja',
yaitu berharap akan rahmat dan ampunan Allah serta berharap akan diterima segala amalannya.
b)
Al-Zuhd
Kehidupan
yang kekal adalah kehidupan di akhirat, sedangkan kehidupan di dunia harus
dijadikan bekal ke akhirat. Selanjutnya dia peringatkan agar hidup jangan
tertipu dan terpedaya dengan dunia.
c)
Tawakkal
Tawakal
adalah menyerahkan diri. Dalam lirik syairnya "menyerahkan diri jangan menyesal" dapat diartikan rela terhadap apa yang
dikehendaki Allah SWT. Penjelasannya ini
sejalan dengan pendapat Bisyr Al-Hafi yang dikutip Al-Qusyairi mengatakan
"Saya bertawakal kepada Allah SWT., sedang orang Iain berbohong
kepada-Nya. Seandainya diabertawakal kepada Allah SWT., maka pasti dia
rela terhadap apa yang dikerjakan (dikehendaki) oleh Allah SWT".
d)
Shabar
Manusia
perlu senantiasa bersabar, baik bersabar dalam menggunakan nikmat, bersabar melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan, maupun
bersabar dalam menerima cobaan atau hal-hal yang tidak diingini. Abdurrahman
Shiddiq menganjurkan agar senantiasa dapat bersabar dan menahan marah, sebab
sifat sabar mendatangkan banyak mamfaat Selanjutnya dijelaskannya, bahwa orang
yang tidak mempunyai sifat sabar akan mudah dihinggapi sifat marah. Menurut
dia, ada beberapa kerugian sebagai akibat dari sifat marah. Pertama, hilang
akal dan keseimbangan jiwa, sehingga akan salah dalam mengambil sikap dan
tindakan. Kedua, hilangnya atau berkurangnya iman seseorang. Ketiga, kehilangan sahabat.
e)
Ikhlash dan menjauhi
riya
Ikhlash
adalah bersih amal kepada Allah, dan sifat ini merupakan syarat untuk
mendapatkan pahala amal ibadah. Dia membagi ikhlash
dalam dua macam, yaitu ikhlash al-abrar dan ikhlash al-muqarrabin.Ikhlash
al-abrar adalah seseorang beramal karena semata-mata menjunjung perintah Allah
SWT.tanpa mengharapkan apapun selain daripada Allah, termasuk tidak
mengharapkan surga dan juga tidak memohon dijauhkan dari api neraka. Sedangkan
ikhlash al-muqarrabin adalah seseorang beramal, tetapi tidak mengakui dan tidak
merasa amalan-amalan itu sebagai usaha ikhtiarnya, bahkan dalam ma'rifatnya
semuanya itu adalah semata-mata amalan Allah dan atas taufik-Nya.Ikhlash
al-abrar disebut ikhlash li Allah (ikhlas karena Allah), sedangkan ikhlash
al-muqarrabin disebut ikhlash bi Allah (ikhlas dengan pertolongan Allah).
Ikhlash al-muqarrabin merupakan pengertian ikhlash menurut pandangan ulama
tasawuf, di mana para sufi menyebutkan bahwa ikhlash adalah melepaskan diri
dari pada daya dan upaya.
Apabila keikhlasan seseorang bisa sampai pada peringkat
kedua ini, maka ia akan terhindar dari
pada sifat riya, 'ujub, dan sum’ ah Dalam kitabnya Risalah
fi Aqaid al-Iman Abdurrahman Shiddiq membagi riya dalam dua macarn,
yaitu riya jali (yang nyata) dan riya khafi (yang tersembunyi). Riya jali
adalah seseorang beramal di hadapan orang lain, tetapi apabila ia
sendirian amalan itu tidak dikerjakannya Sedangkan
riya khafi ialah seseorang beramal baik di hauapan orang lainataupun
tidak tetapi dia suka kalau mereka berada di hadapanyaSum'ah, ialah seseorang beramal sendirian kemudian dia menghabarkannya
kepada orang lain,
supaya mereka membesarkannya atau supaya dia mendapat kebajikan dari
mereka.Adapun 'ujub adalah seseorang merasa heran atas kepandaian dan
kehebatannya.
Misalnya, seorang 'abid merasa kagum dengan ibadahnya,
atau seorang alim merasa kagum dengan ilmunya.
f)
Tawadhu'dan menjauhi
takabbur.
Sifat
tawadhu menunjukkan adanya keluasan akal dan pandangan, dan sebaliknya sifat takabbur menunjukkan kepicikan akal pikiran. Dia
menegaskan, bahwa sifat takabur sangat dilarang
oleh Allah SWT.Orang takabur dikatakannya sebagai seorang yang celaka, oleh
karenanya akan dimasukkan ke dalam api neraka.
g)
Syukur dan Ridha
Abdurrahman
Shiddiq menganjurkan hamba Allah agar selalu ridha terhadap qadha Allah, dan selalu bersyukur atas nikmat-Nya dan bersabar atas cobaan-Nya.
Syukur ialah menggimakan nikmat yang diperoleh pada jalan yang diridai Allah
SWT .Manusia harus mensyukuri pemberian Allah, ridha terhadap ketentuan-Nya,
serta bersabar menanggung cobaan, untuk itu seseorang harus husn al-zhan kepada
Allah. Selanjutnya ia membagi husn al-zhan kepada empat bagian. Pertama,
seseorang berprasangka bahwa Allah mengasihinya. Kedua, berprasangka bahwa
Allah mengetahui akan segala kesalahannya. Ketiga, berprasangka bahwa Allah
mengampuni segala dosanya.Dan keempat, berprasangka bahwa segala yang tersebut
itu mudah bagi Allah SWT.
h)
Shiddiq
Abdurrahman Shiddiq menekankan
pentingnya shiddiq (benar) dalam berperilaku sehari-hari, selalu benar dalam
segala ucapan dan perbuatan. ^.J.
Mahabbah
Dalam kitabnya Asrar
al-Shalat min 'Iddat Kutub al-Mu'tamadah menyebutkan; "Adapun syarat-syarat sah iman itu, di antaranya mencintai akan
Allah SWT. dan mencintai Nabi." Mahabbah kepada Allah
adalah orang yang senantiasa melakukan tafakkur dan zikrullah.
i)
Zikral-Maut
Setiap orang perlu menyadari dan menginsyapi akan adanya
kematian. Kesadaran akan datangnya maut, merupakan pendorong bagi
seseorang untuk bekerja keras untuk melakukan hal-hal yang
menguntungkan dan menghindari yang merugikannya di alam akhirat.
Dalam ajarannya tentang taubah, zuhud, tawakal, shabar,
ridha, shidiq, mahabbah, zikr al-maut, dan sifat-sifat terpuji lainnya. Ajaran
taubah dan lain-lainnya itu disebutnya sebagai tarekat
(jalan) yang menyempurnakan syariat dan ta'alluq (bergantung) pada hati sertadiimplikasikan dalam perilaku. Dengan demikian,
menurut Abdurrahman Siddiq; ajaran taubah, zuhud, tawakal, shabar, ridha, shidiq, mahabbah,
zikr al-maut dan sifat-sifat terpuji lainnya
merupakan nilai etika atau akhlak yang akan diperjuangkan dan diwujudkan oleh
seorang hamba dalam merambah kesempurnaan spritual dalam praktik ibadah.
C.
Akhlak Kepada Pencipta
Dalam hal ini akhlak
kepada pencipta budi pekerti yang baik atau akhlakul karimah kepada
allah.akhlakul karimah kepada alah itu dapat di generalisasikan dengan istilah
taqwa kepada allah berarti dia berbuat baik kepadanya. Sebab ktiteria taqwa
kepada allah itu meliputi :
·
Mematuhi perintah allah dapat diwujudkan
laranganya :
1.
Taat dalam bentuk amalan dan ucapan yang
telah ditentukan syarat dan rukunya misalnya : shalat, zakat, puasa haji.
2.
Taat dalam bentuk amalan dengan niat ikhlas
semata mencari ridha allah swt misalnya : infak, menolong orang lain dan lain
sebagainya.
3.
Taat dalam bentuk ucapan dengan niat ikhlas
semata mencari ridha allah swt misalnya : membaca al-qur’an, berdzikir, membaca
salawat dan lain-lain.
·
Menjauhi larangan allah, antara allah :
1.
Jangan berbuat musrik kepada allah
2.
Jangan berbuat kerusakan dimuka bumi, yaitu
berbuat kejahatan.
3.
Jangan berbuat sesuatu yang bisa membuat
orang lain sakit hati, seperti su’udzun, hasud, mengolok-olok, memanggil dengan
gelar yang jelek dan lain sebagainya.
Sebagai
orang yang beriman, kita juga wajib bersyukur kepada allah swt, karena jika
kita bisa bersyukur, allah kan memberi hikmah kepada kita, selain itu, kita
harus merasa kecil dihadapan allah, tidak butuh apapun dari kita, sebab allah
itu maha kaya dan maha terpuji. Karena itu, kalau kita bisa bersyukur kepada
allah, janganlah sekali-kali merasa berjasa kepada-nya. Oleh sebab itu setiap
orang tua wajib mendidik putra-putrinya tentang ketauhidan, yaitu mengesahkan
allah dan tidak mempersekutukan sesuatun dengan-nya.
Secara
garis besar akhlak kepada pencipta ini dapat dilakukan dengan mencintai-nya,
mensyukuri nikmat-nya, takut akan adzab-nya, malu kepadanya untuk berbuat
maksiat, selalu bertaubat, bertawakal, dan senantiasa berharap untuk
mendapatkan rahmat-nya.
D.
Mengimplementasi Iman
Kepada Malaikat
Tanda-tanda Beriman kepada Malaikat
Tanda-tanda
beriman kepada Malaikat dapat dilihat dari beberapa aspek seperti sikap dan
perilaku sehari-hari, diantaranya seperti :
·
Meyakini
dengan sepenuh hati bahwa malaikat merupakan salah satu makhluk gaib yang lebih
dahulu diciptakan oleh Allah daripada manusia.
·
Meyakini
di dalam hati bahwa malaikat merupakan makhluk yang memiliki sifat seperti
hidup pada alam gaib, maksum, tidak berjenis kelamin, tidak makan dan minum dan
selalu senantiasa bertasbih kepada Allah SWT.
·
Meyakini
bahwa Allah telah memberikan tugas yang berbeda untuk setiap malaikat.
·
Meyakini
bahwa segala amal perbuatan yang kita lakukan sehari-hari tidak akan lepas dari
pengawasan Allah, maka hendaknya kita harus selalu berhati-hati dalam bertindak
atau melakukan sesuatu.
·
Melakukan
perbuatan yang dapat mencerminkan beriman kepada malaikat yakni dengan melaksanakan
segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.
Hikmah Beriman
kepada Malaikat
·
Semakin
meyakini tentang kebesaran Allah SWT.
·
Bersyukur
kepada Allah SWT, karena telah menciptakan malaikat untuk membantu segala
kehidupan dan kepentingan manusia.
·
Menumbuhkembangkan
sikap cinta kepada amal soleh.
·
Merasa
takut ketika melakukan perbuatan maksiat karena meyakini segala perbuatan
tersebut tidak akan terlepas dari pengawasan Malaikat Atid.
·
Cinta
kepada Malaikat karena kedekatan ibadahnya kepada Allah, dan karena mereka
selalu membantu dan selalu mendoakan kita.
·
Selalu
melakukan perbuatan yang baik.
·
Bertaqwa
dan beriman kepada Allah SWT serta berlomba-lomba dalam kebaikan.
·
Meningkatkan
keimanan untuk mengikuti sifat dan perbuatan Malaikat.
·
Selalu
berfikir dan berhati-hati setiap melakukan suatu perbuatan, karena perbuatan
yang baik maupun yang buruk akan selalu dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.
Contoh-contoh Perilaku Iman kepada Malaikat
·
Senantiasa
beramal soleh dan selalu taat kepada Allah.
·
Bekerja keras
dan yakin bahwa akan mendapatkan perlindungan dari Allah.
·
Memantapkan
tauhid dan menjauhi tahayul.
·
Menjauhi dan
mencegah dari perbuatan yang dilarang oleh Allah.
·
Jujur dan
meyakini bahwa kelak akan dipertanggungjawabkan semua perbuatan yang telah
dilakukan di dunia, di hadapan Allah kelak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bisa
disimpulkan bahwa yang termasuk akhlak terpuji atau akhlakul karimah dalam
kehidupan sehari-hari secara umu yaitu sabar, wara; Qana’ah, Toleransi; Pemaaf,
sedangkan menurut Syaikh Abdurrahman shidiq al Banjari yaitu Tafakur dan
taubah, Al-zuhd, tawakal, sabarr, ikhlas dan menjauhi riya, tawadhu dan
menjauhi takabur, syukur dan ridha, shidiq, mahabbah, zikir, al-maut.
Sedangkan
wujud dari akhlak kepada pencipta dengan cara taat dan taqwa kepada-nya yaitu menjalankan
perintahnya dan menjauhi laranganya dan ternyata dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa memelihara akhlak terpuji dapat memelihara kesehatan,
contohnya pemaaf. Dengan menjadi seorang pemaaf, kita merasa lebih baik tidak
hanya batiniyah tapi juga jasmaniyah.
Setelah
kita mengenal dan mempelajari tentang kajian akhlak-akhlak terpuji, ternyata
betapa indah dan bermanfaatnya berperilaku terpuji bagi kehidupan dan bagi
agama islam. Hidup yang berpedoman pada agama merupakan petunjuk menuju
kebahagiaan dunia dan akhirat, jasmani maupun rohani.
B. Saran
Setelah
membaca makalah ini diharapkan pembaca yang merasa dirinya beriman dapat lebih
memahami pengertian dan manfaat akhlak terpuji dan akhlak kepada pencipta
sekaligus bisa mewujudkan dalam kehidupan sehari hari.
Daftar pustaka
Al-QURAN. (n.d.). http://quran-terjemah.org/.
Retrieved 02 23, 2015, from www.haryantoblog.com:
Anak Medas, O.-O. (2013,
04 23). http://sukurudin474.blog.com/. Retrieved 2 23, 2015, from http://sukurudin474.blog.com/2013/04/23/makalah-pengertian-ahlak-terpuji-contoh-contoh-analisis-dan-pentingnya-dalam-pergaulan-remaja/:
http://sukurudin474.blog.com/2013/04/23/makalah-pengertian-ahlak-terpuji-contoh-contoh-analisis-dan-pentingnya-dalam-pergaulan-remaja/
Ayuningtias, U. (2014,
2). http://tarimedu.blogspot.com/. Retrieved 2 23, 2015, from
http://tarimedu.blogspot.com/2014/02/contoh-makalah-pai-tentang-membiasakn.html:
Barkat, U. (2009, 03). http://umibarkat.blogspot.com.
Retrieved 02 23, 2015, from
http://umibarkat.blogspot.com/2009/03/membangun-akhlak-yang-mulia-dalam.html:
Embun, B. (2012). Blogspot. Dipetik 2 23, 2015, dari
http://banjirembun.blogspot.com/2012/09/pencerminan-keimanan-dalam-kehidupan.html:
Faruq, H. A. (2015, 01).
http://www.habibullahurl.com/. Retrieved 2 23, 2015, from
http://www.habibullahurl.com/2015/01/implementasi-iman-kepada-malaikat-allah.html.
(2011, 3).
http://tyovillage.blogspot.com/. Retrieved 2 23, 2015, from
http://tyovillage.blogspot.com/2011/03/akhlak-akhlak-terpuji-dalam-kehidupan.html:
Kemala, E. (2013, 09). http://elsakemala88.blogspot.com/.
Retrieved 02 23, 2015, from
http://elsakemala88.blogspot.com/2013/09/contoh-makalah-tentang-akhlak.html:
Psari, J. (2013, 6). http://juliapsari2.blogspot.com/.
Retrieved 2 23, 2015, from
http://juliapsari2.blogspot.com/2013/06/contoh-makalah-akhlak-terpuji.html:
Ulfah, A. H. (2014, 2). http://halvaimaoelpah.blogspot.com/.
Retrieved 2 23, 2015, from
http://halvaimaoelpah.blogspot.com/2014/02/agama-membiasakan-akhlak-terpuji-dan.html:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar